• Coaching dalam Supervisi Akademik dan Kegiatan Pembelajaran di Kelas : Sebuah Refleksi dan Aplikasi Materi

     


    Oleh : Dwiyoso Nugroho

    Dalam beberapa waktu terakhir, saya telah mempelajari materi tentang supervisi akademik dengan pendekatan coaching. Pengalaman ini memberikan banyak wawasan baru yang bermanfaat, tidak hanya untuk pengembangan profesional saya, tetapi juga dalam cara saya memandang dan menerapkan supervisi di lingkungan sekolah.

             Hal yang paling menarik dalam materi tersebut adalah pendekatan coaching yang berfokus pada pengembangan potensi individu, bukan hanya pada evaluasi dan kontrol. Pendekatan ini menekankan pada pemberdayaan rekan kerja atau  siswa untuk menemukan solusi atas tantangan mereka sendiri, sambil tetap mendapatkan dukungan dan bimbingan dari coach. Konsep ini sangat berbeda dari pendekatan supervisi tradisional yang lebih mengedepankan penilaian kinerja dan koreksi kesalahan.

     


    Supervisi akademik dengan pendekatan coaching ternyata lebih menekankan pada kolaborasi, komunikasi yang terbuka, dan pengembangan profesional berkelanjutan. Dalam pendekatan ini, supervisor berperan sebagai mitra yang membantu guru dalam proses refleksi diri, menetapkan tujuan, dan mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Ini menciptakan suasana yang lebih mendukung dan memberdayakan bagi guru, berbeda dengan pendekatan tradisional yang cenderung evaluatif.

             Menurut saya, perbedaan utama antara pendekatan coaching dan supervisi tradisional terletak pada fokusnya. Supervisi tradisional biasanya berpusat pada penilaian kinerja guru berdasarkan standar tertentu, sering kali dengan pendekatan yang lebih top-down. Sebaliknya, pendekatan coaching mengutamakan pengembangan kapasitas guru melalui percakapan yang mendalam, refleksi, dan dukungan. Pendekatan ini lebih holistik dan menghargai proses pembelajaran individu, yang pada akhirnya dapat meningkatkan motivasi dan komitmen guru terhadap pengembangan profesional mereka.

             Dalam menerapkan pendekatan coaching dalam supervisi akademik di kelas atau sekolah, saya mencoba untuk mengubah cara saya berinteraksi dengan guru maupun siswa. Misalnya, saya mulai lebih banyak mengajukan pertanyaan yang mendorong guru dan siswa untuk berpikir dan menemukan solusi mereka sendiri, daripada memberikan jawaban atau arahan langsung. Saya juga fokus pada penguatan aspek positif dari kinerja mereka, dan membantu mereka merumuskan langkah-langkah konkrit untuk mencapai perbaikan yang diinginkan. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan kepercayaan diri guru dan siswa, tetapi juga membuat mereka lebih proaktif dalam mengejar pengembangan profesional mereka.

             Salah satu tantangan utama yang saya hadapi dalam menerapkan pendekatan coaching adalah mengubah mindset, baik pada diri saya sendiri maupun pada guru dan siswa yang diawasi. Banyak yang terbiasa dengan model supervisi tradisional, sebab guru maupun siswa mendapatkan langsung solusi atau jawaban dari guru pelatih atau senior, sehingga mereka merasa canggung dengan pendekatan yang lebih terbuka dan partisipatif ini. Untuk mengatasi tantangan ini, saya melakukan sosialisasi dan memberikan pemahaman tentang manfaat coaching, serta menunjukkan keberhasilan kecil yang telah dicapai melalui pendekatan ini. Saya juga terus belajar dan berlatih untuk menjadi coach yang lebih baik.

    Respons dari rekan kerja dan siswa terhadap pendekatan coaching yang saya terapkan umumnya positif. Mereka merasa lebih didengarkan dan dihargai, serta melihat adanya peningkatan dalam keterampilan mereka melalui proses coaching ini. Beberapa siswa awalnya skeptis, namun setelah merasakan manfaatnya, mereka menjadi lebih terbuka dan antusias dalam menjalani sesi coaching.

             Secara pribadi, penerapan supervisi akademik dengan pendekatan coaching telah memperkaya cara saya memandang peran saya sebagai rekan dan guru. Saya merasa lebih terhubung dengan rekan kerja dan siswa serta lebih mampu membantu mereka mencapai potensi terbaiknya. Secara profesional, pendekatan ini telah meningkatkan kualitas interaksi dan kolaborasi di sekolah, menciptakan lingkungan yang lebih mendukung dan kondusif untuk pembelajaran.


    Sumber : MODUL 2.3 COACHING. 2024. DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN

     

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Saya adalah Guru Sejarah di Sekolah Menengah Atas, tertarik pada Kajian Sejarah, Teater dan Sastra serta ilmu-ilmu Humaniora