Pada hari Rabu, 04 September 2024, saya berkesempatan berbagi
Praktik Baik tentang penerapan Pembelajaran Kasih Sayang dengan Model
Pembelajaran Talking Stick kepada rekan-rekan guru di SMAN 1 Cijeruk. Kegiatan
ini dilaksanakan dari pukul 14.30 hingga 16.00 WIB. Kebetulan, hari tersebut
telah dijadwalkan sebagai hari komunitas belajar di SMAN 1 Cijeruk, sehingga
momentum ini sangat tepat untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan
rekan-rekan sesama pendidik. Meskipun berlangsung di tengah kesibukan
sehari-hari, kegiatan ini diikuti dengan antusias oleh sekitar 14 orang guru.
Dalam sesi
tersebut, saya memulai dengan memaparkan best practice yang telah saya susun
mengenai Penerapan Pembelajaran Kasih Sayang dengan Model Pembelajaran Talking
Stick. Pemaparan ini meliputi latar belakang penerapan, langkah-langkah
pelaksanaan, serta hasil yang telah dicapai dalam pembelajaran di kelas. Para
guru yang hadir memberikan tanggapan positif dan juga berbagi pengalaman mereka
dalam menerapkan pembelajaran kasih sayang di kelas masing-masing. Diskusi ini
menjadi momen penting untuk saling belajar dan memperkaya metode pengajaran
yang sudah ada, dengan tetap menempatkan kasih sayang sebagai fondasi utama
dalam mendidik siswa.
Kegiatan ini
diakhiri dengan penyusunan rencana tindak lanjut oleh bapak/ibu guru yang
hadir. Rencana tersebut bertujuan untuk mengimplementasikan model pembelajaran
yang telah dibahas dalam kelas masing-masing dan terus memperbaiki pendekatan
yang ada. Komitmen para guru untuk menerapkan pembelajaran yang lebih inklusif
dan berbasis kasih sayang menjadi salah satu hasil positif dari pertemuan ini.
Diharapkan, langkah-langkah yang disusun dapat memberikan dampak nyata dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran di SMAN 1 Cijeruk dan menumbuhkan budaya
belajar yang lebih harmonis dan penuh empati di sekolah.
Best Practisce :
Best Practice
Penerapan Pembelajaran Kasih Sayang
dengan Model Pembelajaran Talking Stick
Oleh : Dwiyoso Nugroho
Situasi :
Di kelas X dan XI tempat saya mengajar sejarah,
saya menghadapi tantangan dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Banyak siswa
merasa kurang percaya diri untuk berbicara, atau meskipun ada yang cukup
percaya diri, kualitas dan arah pembicaraan mereka belum terfokus atau optimal.
Sebagian besar siswa cenderung pasif dan takut membuat kesalahan saat diminta
berbicara. Saya menyadari bahwa lingkungan belajar yang mendukung dan penuh
kasih sayang dapat membantu mengatasi hambatan ini dan mendorong siswa untuk
lebih berani berbicara.
Tantangan:
Tantangan saya adalah bagaimana menciptakan suasana
kelas yang mendukung, penuh kasih sayang, dan aman bagi siswa untuk dapat
mengembangkan kemampuan berbicara siswa
dan memberikan arah pembicaraan mereka agar lebih fokus. Saya juga ingin
memperkenalkan model pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan agar siswa
lebih terlibat dan termotivasi. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk
menggunakan model pembelajaran Talking Stick yang dikombinasikan dengan
pendekatan pembelajaran kasih sayang.
Aksi:
1.
Penerapan
Kasih Sayang dalam Pembelajaran:
·
Saya memulai
dengan membangun hubungan yang lebih dekat dengan siswa dengan menyapa mereka
saat masuk kelas dengan ceria. Lalu saya mengabsen siswa satu persatu, agar
siswa merasa saya perhatikan secara personal, saya berusaha mengenal mereka
semua.
·
Setelah saya
menyampaikan materi pelajaran, saya meminta siswa untuk mempelajari secara
mandiri dan atau dengan teman sebangkunya. Pada tahap ini saya memberikan
kesempatan kepada seluruh siswa untuk bertanya kesulitan apa yang mereka
hadapi. Setiap kali siswa berusaha untuk berbicara, saya memberikan apresiasi,
baik melalui pujian lisan maupun melalui ekspresi wajah yang positif. Ini
membantu mereka merasa dihargai dan lebih percaya diri untuk mencoba lagi.
Disini saya berusaha menyampaikan
pentingnya saling menghargai dan mendukung satu sama lain dalam proses
belajar.
2.
Penerapan
Model Pembelajaran Talking Stick:
·
Saya
memperkenalkan permainan Talking Stick, di mana siswa bergiliran berbicara saat
memegang tongkat bicara. Dengan aturan sederhana ini, siswa belajar untuk
mendengarkan satu sama lain dan menghormati giliran bicara.
·
Saya
mempersilahkan setiap siswa berbicara meskipun hal yang sederhana, sehingga
mereka merasa nyaman untuk berbicara. Saya juga memberikan contoh dan bimbingan
awal untuk membantu mereka memulai.
·
Selama
permainan, saya terus memberikan dukungan dan dorongan, serta menciptakan
suasana yang menyenangkan dan bebas dari tekanan.
Hasil:
Dari Kegiatan pembelajaran kasih sayang dengan
model pembelajaran Talking Stick, siswa mulai menunjukkan peningkatan yang
signifikan dalam kemampuan berbicara mereka. Mereka menjadi lebih berani dan
percaya diri untuk berbicara. Suasana kelas juga menjadi lebih positif dan kondusif
untuk pembelajaran. Setiap siswa merasa dihargai dan didukung. Model Talking
Stick berhasil menciptakan lingkungan belajar yang interaktif dan menyenangkan,
yang memungkinkan siswa untuk lebih terlibat dalam proses pembelajaran.
Refleksi
:
Dari pengalaman ini saya belajar bahwa pembelajaran
kasih sayang dan pendekatan yang mendukung dapat membuat perbedaan besar dalam
kemampuan siswa. Dengan memberikan lingkungan yang aman dan mendukung, serta
menggunakan metode pembelajaran yang interaktif, saya dapat membantu siswa
mengatasi ketakutan mereka dan meningkatkan keterampilan berbicara. Ini juga
memperkuat hubungan saya dengan siswa, yang pada akhirnya mendukung
keberhasilan pembelajaran di kelas.
Dokumentasi Kegiatan :
Daftar Hadir :
Rencana Tindak Lanjut :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar