• Perlawanan bangsa Indonesia sultan Ageung Tirtayasa (Banten)

     A. Faktor

    - adanya keinginan VOC untuk monopoli perdagangan di kawasan pesisir Jawa.                                                                                 

    - adanya blokode dan gangguan yang dilakukan VOC terhadap kapal dagang dari cina danMaluku yg akan menuju Banten.

     - VOC menghalangi kegiatan perdagangan di Banten.

    B. Kronologi

    Sejak kedatangan VOC, Sultan Ageung Tirtayasa menerapkan kebijakan anti VOC di Banten. Pada tahun 1658, pasukan Sultan Ageung Tirtayasa menyerang Batavia dari arah barat dan timur, serangan itu membuat VOC terdesak. Tapi VOC tidak menyerah.

    Rupanya VOC menyiapkan strategi politik yakni Devide et Impera (adu domba) di kalangan kesultanan Banten. VOC berupa untuk memecah belah antara Ageung Tirtayasa dan putra nya. Pangeran Abdul kohar ( sultan haji)

    Pada saat itu,VOC berhasil mempengaruhi sultan haji dan ia bersekutu dengan Belanda untuk mendapatkan sultan Ageung Tirtayasa. Ternyata , sultan haji ( berkeinginan untuk menguasai kesultanan Banten)

    Sejarah oleh Kurniasih dan Rahmawati,pada tanggal 6 Maret 1982,VOC melakukan serangan dan berhasil menguasai daerah Tirtayasa termasuk istana Surosowan, sultan haji bersikeras agar ayahnya kembali ke Surosowan

    Setelah berdiskusi dengan pihak Belanda, sultan haji mengirimkan surat kepada sultan Ageung Tirtayasa yg berisi tentang keinginan untuk berdamai. Tipu daya ini berhasil membujuk Tirtayasa untuk kembali ke istana

    Ketika kembali ke istana Tirtayasa di sambut dengan sangat baik oleh sultan haji dan pihak VOC, tapi setelah beberapa saat, saat tinggal di istana beliau di tangkap di Belanda dan di bawa ke bataula di tahun 1683 sultan Ageung Tirtayasa wafat di dalam penjara pada tahun 1692 beliau di makamkan di komplek pemakaman raja raja Banten yg berada di sebelah Utara masjid agung Banten

    C. •Alasan suntan Ageng Tirtayasa menolak (dampak) kerjasama

        •VOC menerapkan monopoli perdagangan yg merugikan kesultanan Banten

        • VOC menghalangi kegiatan perdagangan di Banten

    D. Peran

       Tirtayasa merupakan putra dari Sultan abu ma'ahli Ahmad yaitu Sultan Banten periode tahun 1640 - 1950 dan rata Marta Kusuma. Tirtayasa lahir di serang Banten pada 1631

      Saat kecil, Tirtayasa memiliki banyak nama. dulu ia bergelar pangeran Surya, sejak ayahnya wafat beliau di angkat menjadi sultan muda, dan terakhir ia di beri gelar Sultan abdul Fatah

      Selama masa pemerintahan, ia merhasil mendirikan kraton baru di dusun Tirtayasa yg terletak di kabupaten serang. Sejak itulah, ia mendapat gelar Sultan Ageng Tirtayasa

    Itulah kisah perjuangan sultan Ageng Tirtayasa dalam membela wilayahnya di Banten

    Rumusan masalah

    1. Sultan Ageng menolak bekerja sama dengan VOC?                                     

    2. Kenapa VOC memecahbelah antara Ageng Tirtayasa dan putranya?

    3. Bagaimana sultan haji membujuk sultan ageng Tirtayasa kembali ke istana?

          Jawaban!

    1. Karena kekhawatiran sultan menjadi kenyataan saat VOC merebut Jayakarta pada 1619 dan menjadikannya pusat perdagangan sekaligus markasnya, serta mengubah namanya menjadi Batavia. Sultan agung menganggap VOC telah melanggar peringatannya dan berusaha melakukan kolonialisme yg mengancam politik kerajaan Mataram Islam

    2. Upaya sultan haji merebut kekuasaan dan bersekongkol bersama VOC

    3. Sultan haji mengirimkan surat kepada sultan Ageng Tirtayasa yg berisi tentang keinginannya untuk berdamai. Tipu daya ini berhasil membujuk Tirtayasa untuk kembali ke istana. Ketika Tirtayasa kembali ke istana, Tirtayasa disambut dengan sangat baik oleh sultan haji dan pihak VOC

    Anggota kelompok:

    • Silva najkia

    • zahra Oktavia

    • mimorida Puni anjung

    • Winda Rahmawati

    • marlia

    • Halimah tussadiyah

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Saya adalah Guru Sejarah di Sekolah Menengah Atas, tertarik pada Kajian Sejarah, Teater dan Sastra serta ilmu-ilmu Humaniora